SERTANI 1 (MSP 1)
Jenis padi varitas lokal untuk tanah organik. Sangat peka terhadap pupuk kimia dan akan maksimal bila menggunakan pupuk organik baik dari kotoran hewan maupun tumbuhan.
Usia Panen : 90 - 100 hst
Tinggi : 120 cm
Jumlah rumpun : 15 s/d 20 batang/malai
Jumlah bulir : 400 – 500 per batang(malai)
Jenis Batang : Pipih besar dan ulet
Panjang Malai : 30 cm
Bentuk Gabah : Panjang dan Besar 1 cm berbulu
Anjuran Jarak Tanam : 1. legowo dengan jarak tanam 25/15 untuk tanam 1 benih
2. legowo dengan jarak tanam 30/15 untuk tanam 2-3 benih
Anjuran Panen : memakai alat perontok gabah (tidak dianjurkan digebyok)
Hama Dominan : Tikus dan Burung
Lahan : Bpk. Samsulbahri
Lahan : Bpk. Samsulbahri
bpk.Samsulbahri-Petani Pemilik Lahan |
bpk.Tjokro Sinarjo-Penyuluh Pola Tanam Organik |
© Pamarican, Maret 2015
Kamis, 18 Desember 2014
Kamis, 12 Juni 2014
Padi Unggul SERTANI 1
Padi unggul SERTANI 1 yang ditemukan Surono Danu mampu memproduksi gabah hingga 10 - 16 ton perhektar, tergantung pola tanam dan perawatan. Padi SERTANI 1 ini mampu memproduksi gabah lebih banyak dibandingkan padi hibrida sekalipun. Jika menggunakan padi SERTANI, kebutuhan benih relatif lebih sedikit dibandingkan benih lain. Benih SERTANI 1 hanya menggunakan paling banyak 10 kilogram benih per hektare dan setiap malainya mampu menghasilkan minimal 240 gram dengan asumsi potensi produksi sebanyak 10 - 16 ton per hektare. Dengan pola tanam SRI tentunya benih yang digunakan akan jauh lebih sedikit.
Benih SERTANI 1 tidak memiliki perawatan khusus bahkan tidak membutuhkan suplai air yang memadai karena benih ini mampu menyerap oksigen dengan sendirinya. Benih SERTANI 1 juga mampu hidup di berbagai kondisi tanah apapun seperti perladangan, gogo rancah, sawah, dan salinitas atau lahan yang kurang bagus untuk produksi.
Salam ORGANIK
Hubungi 087780121888, 081281800088
Benih SERTANI 1 tidak memiliki perawatan khusus bahkan tidak membutuhkan suplai air yang memadai karena benih ini mampu menyerap oksigen dengan sendirinya. Benih SERTANI 1 juga mampu hidup di berbagai kondisi tanah apapun seperti perladangan, gogo rancah, sawah, dan salinitas atau lahan yang kurang bagus untuk produksi.
Kemudian dari segi pemupukan, benih SERTANI 1 hanya membutuhkan paling banyak lima kuintal per hektare dan tahan terhadap hama apapun seperti hama tikus yang meskipun malai maupun batangnya digigit oleh tikus, tetapi benih ini mampu menutup luka akibat gigitan hama hanya dalam waktu 24 jam dan tetap bisa tumbuh dengan baik.
Demikian halnya jika dilihat dari segi ketahanan penyakit, jenis penyakit yang biasa menyerang tanaman padi adalah red strip dan blas, benih SERTANI 1 memiliki antibodi sendiri sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit. Benih SERTANI 1 merupakan hasil persilangan antara jantan yang berasal dari Dayang Rindu dan betinanya adalah Sirendah Sekam Kuning dan Sirendah Sekam putih.
Demikian halnya jika dilihat dari segi ketahanan penyakit, jenis penyakit yang biasa menyerang tanaman padi adalah red strip dan blas, benih SERTANI 1 memiliki antibodi sendiri sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit. Benih SERTANI 1 merupakan hasil persilangan antara jantan yang berasal dari Dayang Rindu dan betinanya adalah Sirendah Sekam Kuning dan Sirendah Sekam putih.
Salam ORGANIK
Kami menyediakan dan menjual bibit padi
Bibit padi SERTANI 1, Mentik Susu, Rojolele, Padi Merah dan Padi Hitam, Harga Rp 30.000 per kg.
Pupuk Organik Padat, Pupuk Organik Cair, (Harga belum termasuk ongkos kirim).
Bibit padi SERTANI 1, Mentik Susu, Rojolele, Padi Merah dan Padi Hitam, Harga Rp 30.000 per kg.
Pupuk Organik Padat, Pupuk Organik Cair, (Harga belum termasuk ongkos kirim).
Hubungi 087780121888, 081281800088
Padi SERTANI SRI Organik
Ditanam dalam usia tidak lebih dari 10 hari sejak disemaikan, 1 bibit pertanam/lobang dengan jarak baris 30cm : 30cm : 50cm : 30cm : 30cm : 50cm dan seterusnya, jarak antar pohon dalam 1 baris 30cm. Tentunya biaya bibit sangatlah ekonomis.
Hasilnya: Anakan padi per rumpun sekitar 30 malai atau batang, jumlah padi per malai atau batang 300 butir lebih. Perhatikan gambar! Padi di kanan adalah IR-64 yang ditanam dengan cara konvensional berjumlah 30 batang, di kiri padi Sertani yang ditanam dengan pola SRI Organik berjumlah 20 batang. Tumpukan padi Sertani jauh lebih banyak. Saat kami hitung, jumlah butir Sertani Organik 3 kali lipat dibanding padi IR-64. Wow !!!
Pada saat penanaman, bukan hanya 1 atau 2 orang yang mentertawakan dan meledek. "Tanam hanya 1 batang, bibit masih kecil, jarang-jarang lagi...kalian ini nanam apa? Koq buang-buang uang, waktu dan tenaga?" Kira-kira begitu kata-kata masyarakat sekitar. Yang lebih membuat hati ketar-ketir, pada saat padi berusia sekitar 5 minggu padi direndam banjir luapan air Citarum dan hujan yang tak kunjung berhenti sekitar sebulan. Nyaris pupus harapan untuk menjadikan penanaman kali ini sebagai DEMPLOT atau percontohan.
Diluar dugaan, setelah air surut, anakan padi sudah berjumlah sekitar 30 batang per rumpun. Padi terus bertumbuh dan bertumbuh, semangat tim kembali berkobar.
Ditengah-tengah kesibukan para penyabit, saya berbincang dengan seorang bapak penyabit yang dulu juga ikut menanam padi yang dipanen. Beliau berkata "belum pernah saya melihat padi seUNIK ini, cara tanam berbeda, tidak masuk akal, namun sekarang saya menyabit hasil padi yang luar biasa."
Mari kita dukung para petani Indonesia untuk menyokong KETAHANAN PANGAN NASIONAL. Jangan kita biarkan Indonesia mengemis beras dari negeri seberang padahal negeri kita terkenal dengan negara agraris yang sangat subur. Dimana sebutan bahwa tanah kita "tanah surga" ?
Kita PASTI bisa !!!
Pupuk Organik Padat dan Cair. (Harga belum termasuk ongkos kirim).
Hubungi 087780121888, 081281800088
Hasilnya: Anakan padi per rumpun sekitar 30 malai atau batang, jumlah padi per malai atau batang 300 butir lebih. Perhatikan gambar! Padi di kanan adalah IR-64 yang ditanam dengan cara konvensional berjumlah 30 batang, di kiri padi Sertani yang ditanam dengan pola SRI Organik berjumlah 20 batang. Tumpukan padi Sertani jauh lebih banyak. Saat kami hitung, jumlah butir Sertani Organik 3 kali lipat dibanding padi IR-64. Wow !!!
Pada saat penanaman, bukan hanya 1 atau 2 orang yang mentertawakan dan meledek. "Tanam hanya 1 batang, bibit masih kecil, jarang-jarang lagi...kalian ini nanam apa? Koq buang-buang uang, waktu dan tenaga?" Kira-kira begitu kata-kata masyarakat sekitar. Yang lebih membuat hati ketar-ketir, pada saat padi berusia sekitar 5 minggu padi direndam banjir luapan air Citarum dan hujan yang tak kunjung berhenti sekitar sebulan. Nyaris pupus harapan untuk menjadikan penanaman kali ini sebagai DEMPLOT atau percontohan.
Diluar dugaan, setelah air surut, anakan padi sudah berjumlah sekitar 30 batang per rumpun. Padi terus bertumbuh dan bertumbuh, semangat tim kembali berkobar.
Ditengah-tengah kesibukan para penyabit, saya berbincang dengan seorang bapak penyabit yang dulu juga ikut menanam padi yang dipanen. Beliau berkata "belum pernah saya melihat padi seUNIK ini, cara tanam berbeda, tidak masuk akal, namun sekarang saya menyabit hasil padi yang luar biasa."
Mari kita dukung para petani Indonesia untuk menyokong KETAHANAN PANGAN NASIONAL. Jangan kita biarkan Indonesia mengemis beras dari negeri seberang padahal negeri kita terkenal dengan negara agraris yang sangat subur. Dimana sebutan bahwa tanah kita "tanah surga" ?
Kita PASTI bisa !!!
Salam ORGANIK
Kami menyediakan dan menjual bibit padi dan Pupuk Organik
Bibit padi SERTANI 1, Mentik Susu, Rojolele, Padi Merah dan Padi Hitam, Harga Rp 30.000 per kg. Pupuk Organik Padat dan Cair. (Harga belum termasuk ongkos kirim).
Hubungi 087780121888, 081281800088
Beras Hitam Organik
Bila kita amati beras putih yang umum kita konsumsi, tidak terdapat lagi kulit ari dan germ atau embrio. Sebab untuk menghasilkan beras yang putih, padi atau beras akan dislap atau digiling berulang kali. Jika kita kupas sebutir padi dengan jari-jari, akan kita dapati beras berwarna kekuning-kuningan sebab masih terbungkus kulit ari dan germ juga masih melekat di ujung beras. Seharusnya itulah beras terbaik, namun rasanya kurang pulen dan kurang enak. Itu sebabnya beras akan diproses berkali-kali untuk mendapatkan beras berwarna putih bersih, pulen dan manis. Kita membuang bagian yang sangat penting dari sebutir beras. Alhasil, yang kita makan bukanlah bagian terpenting, namun bagian yang berbahaya bagi penderita penyakit diabetes.
Beras yang paling amam untuk penderita diabetas adalah beras hitam. Itu menurut seorang dokter naturophaty. Bila terus mengkonsumsi beras putih tanpa kulit ari dan germ, kelak 1 dari 4 orang Indonesia berumur 40 tahun akan terserang penyakit diabetes. Beliau memprediksi, bila umur bumi masih ada 50 tahun lagi, suatu saat dunia barat sekalipun akan mencari beras hitam sebagai bahan makanan utama.
Berdasarkan informasi di atas dan juga fakta dari manfaat beras hitam serta kondisi harga beras hitam saat ini yang cukup mahal, kami berupaya untuk mengembangkan penanaman padi hitam. Metode yang digunakan adalah SRI Organik, dibawah bimbingan ahli-ahli dari dalam dan luar negeri. Pupuk dan pestisida yang digunakan adalah organik.
Selain kandungan gizi beras hitam akan lebih baik dengan menggunakan metode SRI, hasil panen meningkat, tanah akan kembali sehat karena tidak lagi menggunakan pupuk dan pestisida kimia, lingkungan lebih sehat, mengurangi gas rumah kaca, pastinya petani lebih sejahtera, negeri ini bebas dari ancaman krisis pangan dunia. Mari kita bersatu mewariskan warisan kehidupan yang lebih baik pada anak cucu kita, jangan kita biarkan kelak mereka kelaparan dan kekurangan gizi. Mari kita bersatu untuk mewujudkan negeri tercinta ini bebas dari krisis pangan.
Saksikan apa himbauan Presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudoyono tentang metode penanaman padi SRI.
Salam ORGANIK
Kami menyediakan dan menjual bibit padi dan Pupuk Organik
Bibit padi SERTANI 1, Mentik Susu, Rojolele, Padi Merah dan Padi Hitam, Harga Rp 30.000 per kg. Pupuk Organik Padat, Harga Rp 6.000 per kg. Pupuk Organik Cair, Harga Rp 75.000 per liter. (Harga belum termasuk ongkos kirim).Hubungi 087780121888, 081281800088
Penemu Padi SERTANI 1
USAHA gigihnya selama bertahun-tahun akhirnya membuahkan hasil. Dari ketekunan itu, lahirnya benih unggul lokal Lampung yang kini dikenal dengan benih padi unggul Sertani 1 yang kini makin populer di kalangan petani.
Karena prestasinya itu juga, mantan Presiden Megawati Soekarnoputri menyempatkan diri berkunjung ke gubuk Surono Danu di Desa Onoharjo, Lampung Tengah, pada 2 Februari 2008.
Sehari sebelum peristiwa bersejarah bagi Surono itu, Lampung Post bertandang ke rumah "sang peneliti". "Inilah istana seribu jendela, tempat berteduh kami. Setiap lubang di dinding geribik ini adalah jendela. Kalau hujan, air hujan pun ikut berteduh ha...ha...ha," kata Surono.
Surono menjejakkan kaki pertama kali di Lampung tahun 1982 di Desa Bungkuk, Jabung, Lampung Timur. Saat itu ia meneliti dan mengenalkan beberapa tanaman kepada petani. Ia membuat pola pengembangan tanaman nilam dan vanili. "Tujuan saya menambah komoditas di Lampung yang otomatis akan menambah income petani."
Tahun 1984, ia melanjutkan penelitian dan pengenalan bercocok tanam yang baik ke umbulan Way Pengubuan, persisnya Kampung Terbanggibesar. Ia membawa benih nilam dan melakukan hal serupa kepada petani di sana. Namun, bibit nilam disimpan di Talang Jago, Bukit Kemuning. Ia juga mengenalkan benih jagung hibrida C-1, sekaligus mengajari petani cara bercocok tanam yang baik.
Rupanya Surono kurang puas dengan hasil yang diperoleh petani di Terbanggibesar. Ia pun "bertualang" lagi ke daerah lain di Bumi Ruwa Jurai. Seperti Kalianda, Kotaagung, dan daerah lain sembari meneliti benih padi unggul.
Selama bertualang, Surono mengaku lebih banyak berjalan kaki atau dengan sepeda tuanya. Maklum, kondisi ekonominya jauh dari cukup. "Jangankan beli kendaraan, untuk ongkos saja tidak punya," kata dia.
Karena prestasinya itu juga, mantan Presiden Megawati Soekarnoputri menyempatkan diri berkunjung ke gubuk Surono Danu di Desa Onoharjo, Lampung Tengah, pada 2 Februari 2008.
Sehari sebelum peristiwa bersejarah bagi Surono itu, Lampung Post bertandang ke rumah "sang peneliti". "Inilah istana seribu jendela, tempat berteduh kami. Setiap lubang di dinding geribik ini adalah jendela. Kalau hujan, air hujan pun ikut berteduh ha...ha...ha," kata Surono.
Surono menjejakkan kaki pertama kali di Lampung tahun 1982 di Desa Bungkuk, Jabung, Lampung Timur. Saat itu ia meneliti dan mengenalkan beberapa tanaman kepada petani. Ia membuat pola pengembangan tanaman nilam dan vanili. "Tujuan saya menambah komoditas di Lampung yang otomatis akan menambah income petani."
Tahun 1984, ia melanjutkan penelitian dan pengenalan bercocok tanam yang baik ke umbulan Way Pengubuan, persisnya Kampung Terbanggibesar. Ia membawa benih nilam dan melakukan hal serupa kepada petani di sana. Namun, bibit nilam disimpan di Talang Jago, Bukit Kemuning. Ia juga mengenalkan benih jagung hibrida C-1, sekaligus mengajari petani cara bercocok tanam yang baik.
Rupanya Surono kurang puas dengan hasil yang diperoleh petani di Terbanggibesar. Ia pun "bertualang" lagi ke daerah lain di Bumi Ruwa Jurai. Seperti Kalianda, Kotaagung, dan daerah lain sembari meneliti benih padi unggul.
Selama bertualang, Surono mengaku lebih banyak berjalan kaki atau dengan sepeda tuanya. Maklum, kondisi ekonominya jauh dari cukup. "Jangankan beli kendaraan, untuk ongkos saja tidak punya," kata dia.
Selama bertahun-tahun ia menjelajahi daerah-daerah pertanian di Lampung. Hasilnya, Surono mengoleksi 181 jenis benih padi. Benih-benih itu dia teliti dan kemudian menetapkan tiga jenis benih padi unggulan. Ketiga jenis benih padi itu pun ia uji dan teliti.
Untuk benih jantan, Surono memilih padi asal Terbanggibesar yang diberi nama Dayang Rindu. Sedangkan benih betina dipilih dua jenis padi, yakni asal Kampung Gunungbatin, Terusannunyai, yang dinamainya "Si rendah sekam kuning" dan "Si rendah sekam putih".
Sejak 1985, Surono praktis memusatkan penelitiannya pada ketiga jenis padi itu. Dari hasil persilangan benih itu, 10 tahun kemudian ia menemukan benih padi yang berusia 150 hari. Dan, tujuh tahun kemudian--dengan rumus ciptaan dan pengetahuan yang dimilikinya--Surono akhirnya menemukan benih padi berusia 135 hari.
Meski hasilnya cukup spektakuler, Surono belum puas juga. Ia masih terus meneliti dan tahun 1997 ditemukanlah benih padi berusia 105 hari. Benih padi itu pun ia beri nama Sertani 1.
Menurut Surono, satu hektare tanaman padi ini, dengan perlakuan yang baik, mampu memproduksi gabah maksimal 14 ton. "Benih ini tidak memiliki perawatan khusus bahkan tidak membutuhkan suplai air yang memadai," kata Surono Danu.
"Justru dengan pasokan air yang lebih banyak, produksi menjadi tidak maksimal," kata Surono. Benih ini juga mampu hidup di berbagai kondisi tanah apa pun seperti perladangan, gaga rancah, sawah, dan salinitas atau lahan yang kurang bagus untuk produksi.
Dari segi pemupukan, benih Sertani 1 ini hanya membutuhkan paling banyak lima kuintal per hektare dan tahan terhadap hama apa pun seperti hama tikus.
Bila batang tanaman padi ini digigit tikus, batangnya mampu menutup luka akibat gigitan hama hanya dalam waktu 24 jam dan tetap bisa tumbuh dengan baik. Benih Sertani 1 memiliki antibodi sendiri sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit.
Sembari mengembangkan benih Sertani 1 dan mengenalkannya pada petani, Surono terus meneliti. Dua tahun kemudian (1999), dia berhasil menemukan benih padi dengan usia panen 95 hari. "Benih padi itu akan kita beri nama EMESPE-1 singkatan dari Mari Sejahterakan Petani," ujar pria yang sangat tertekan semasa rezim Orde Baru itu.
Menurut Surono, padi EMESPE ini sudah ditanam di seluruh Indonesia. Ini memang jadi keinginannya agar padi hasil penelitiannya bertahun-tahun itu bisa meningkatkan kesejahteraan para petani karena hasil panenannya bisa dua kali lebih banyak ketimbang jenis padi lokal lain.
"Dahulu, Mahapatih Gajah Mada pernah bersumpah tidak akan makan buah palapa kalau belum bisa menaklukkan dan menyatukan wilayah Nusantara. Saya pun tidak makan nasi hasil penemuan saya ini sebelum tertanam di seluruh Indonesia. Nah, karena sekarang sudah tertanam di seluruh Indonesia, saya pun sudah merasakan nasi dari padi EMESPE," jelas Surono.
Selama 20-an tahun meneliti, Surono tidak pernah menerima dan meminta imbalan dari siapa pun. Semua yang dia lakukan semata-mata didorong keinginannya menyejahterakan orang banyak, terutama petani.
Hal yang membuat Surono tidak pernah surut untuk meneliti adalah sikapnya yang kritis dan selalu bersemangat. "Saya tidak punya apa-apa kecuali sikap kritis dan spirit. Seperti virus, inilah yang saya sebarkan kepada masyarakat. Jika kebaikan dan pengetahuan kita sebarkan seperti virus, masyarakat akan kuat," ujarnya.
Dalam keseharian, Surono selain dikenal ramah dan tegas, juga terbuka pada siapa pun. Selain tekun meneliti tanaman, ia juga memiliki kemampuan meracik obat-obatan herba. Sudah banyak orang sakit yang disembuhkan oleh racikan obatnya.
Benih unggul temuan Surono kini menjadi perbincangan. Bukan hanya di Lampung, juga seantero Indonesia. Meski demikian, kehidupan ekonomi Surono belum beranjak naik. Ia tetap saja seorang petani desa yang hidup penuh kesederhanaan. "Ibarat lukisan, saya ini lukisan abstrak, tidak jelas tapi mempunyai arti," ujar Surono.
Menjadi penangkar padi adalah pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan ketekunan ekstra. Surono Danu membuktikan hal itu. Dia sudah bangun sejak pukul 02.00 untuk mengawasi bulir padi dan membuka serbuk sarinya.
Menjelang pukul 04.00, serbuk sari yang sudah terbuka itu kemudian dikimpoikan. Alat pembuka serbuk sari hanyalah pinset. "Hanya itu alat yang saya gunakan," kata Surono. Ini adalah proses yang terbilang rumit karena padi tidak boleh rusak. Kemudian sisa dari bulir padi yang tidak dikimpoikan, harus dibuang. Lalu, padi yang sudah dikimpoikan itu ditutup plastik, dan diberi lubang untuk sirkulasi udara. Nah, pukul 06.30 adalah saat tanaman padi kimpoi. "Saya harus bangun lebih pagi agar tidak keduluan proses perkimpoian padi secara alami," kata ayah lima anak ini.
Setiap saat, Surono harus terus memantau setiap bulir padi yang telah dikimpoikan untuk melihat tingkat keberhasilan proses perkimpoian. Banyaknya bulir padi yang dikimpoikan bergantung pada kecepatan sang penangkar. Dalam sehari bisa 10--20 bulir padi yang dikimpoikan. Namun, kata Surono, dalam 10 ribu bulir yang berhasil paling hanya satu.
Langkah selanjutnya, padi hasil perkimpoian itu diuji coba terus-menerus sehingga menghasilkan galur padi yang diinginkan. Jangan membayangkan Surono bekerja dalam sebuah laboratorium dengan fasilitas lengkap. Dia bahkan mengaku tidak punya lahan secuil pun untuk uji coba.
Menurut cerita Surono, semua uji coba padi dilakukan dalam pot di halaman rumahnya di Bandar Lampung, dan alat yang digunakan hanya pinset. Tidak heran bila usaha menghasilkan galur unggul lokal dari Sertani 1 hingga Sertani 16 memakan waktu sampai 22 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar